PENERAPAN METODE STATISTIQAL QUALITY CONTROL (SQC) DAN FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) DALAM PERBAIKAN KUALITAS PRODUK Studi Kasus : PTPN IX KEBUN NGOBO
Abstract
PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Ngobo merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pertanian yang berfokus pada produksi karet mentah. Adapun jenis karet yang di produksi digolongkan berdasarkan kualitas produk yang di hasilkan, yaitu RSS 1, RSS 3, RSS 4 dan Cutting. Produk dikatakan berkualitas apabila tercapainya kesesuaian antara produksi yang dihasilkan dengan rencana target standar atau sasaran kualitas yang ditetapkan oleh perusahaan yaitu dengan batasan toleransi kecacatan sebesar maksimal 7% dalam satu tahun produksi. Namun,
data produk cacat menunjukan bahwa secara keseluruhan persentase produk cacat mencapai 8,37% dalam periode 1 tahun produksi. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi tersebut telah melebihi standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Oleh sebab itu diperlukan suatu alat pengendalian kualitas untuk mengetahui penyebab terjadinya kecacatan, dan penanggulangan kecacatan yang terjadi agar dapat mendukung perbaikan kualitas produk dengan tujuan untuk menghindari cacat produk yang lebih banyak lagi. Metode SQC Seven Tools digunakan untuk mencari akar penyebab terjadinya kecacatan pada produk. Metode FMEA digunakan untuk mengidentifikasi kegagalan potensial pada suatu produk atau proses
sebelum terjadi, mempertimbangkan resiko yang berkaitan dengan kegagalan tersebut, dan mengidentifikasi serta melaksanakan tindakan korektif untuk mengatasi masalah yang paling penting. Hasil penelitian menunjukan bahwa jenis kecacatan yang terjadi pada produk karet mentah adalah adanya noda dan gelembung pada lembaran karet. Besar/kecilnya jenis cacat tersebut yang menentukan grade/kelas kualitas produk yaitu RSS 3 sebanyak 2,47%, RSS 4 sebanyak 83,42%, dan Cutting sebanyak 14,11%. Penyebab terjadinya kecacatan disebakan oleh faktor pekerja, mesin, metode kerja, bahan baku, serta lingkungan. Usulan perbaikan sesuai dengan hasil RPN tertinggi yaitu suhu ruangan yang kurang terkontrol, maka pihak perusahaan harus lebih mengontrol suhu ruangan pada ruang pengasapan mulai dari proses awal pengasapan hingga proses akhir pengasapan.
Kata kunci: PTPN IX Kebun Ngobo, QC, SQC, Seven Tools, FMEA
data produk cacat menunjukan bahwa secara keseluruhan persentase produk cacat mencapai 8,37% dalam periode 1 tahun produksi. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi tersebut telah melebihi standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Oleh sebab itu diperlukan suatu alat pengendalian kualitas untuk mengetahui penyebab terjadinya kecacatan, dan penanggulangan kecacatan yang terjadi agar dapat mendukung perbaikan kualitas produk dengan tujuan untuk menghindari cacat produk yang lebih banyak lagi. Metode SQC Seven Tools digunakan untuk mencari akar penyebab terjadinya kecacatan pada produk. Metode FMEA digunakan untuk mengidentifikasi kegagalan potensial pada suatu produk atau proses
sebelum terjadi, mempertimbangkan resiko yang berkaitan dengan kegagalan tersebut, dan mengidentifikasi serta melaksanakan tindakan korektif untuk mengatasi masalah yang paling penting. Hasil penelitian menunjukan bahwa jenis kecacatan yang terjadi pada produk karet mentah adalah adanya noda dan gelembung pada lembaran karet. Besar/kecilnya jenis cacat tersebut yang menentukan grade/kelas kualitas produk yaitu RSS 3 sebanyak 2,47%, RSS 4 sebanyak 83,42%, dan Cutting sebanyak 14,11%. Penyebab terjadinya kecacatan disebakan oleh faktor pekerja, mesin, metode kerja, bahan baku, serta lingkungan. Usulan perbaikan sesuai dengan hasil RPN tertinggi yaitu suhu ruangan yang kurang terkontrol, maka pihak perusahaan harus lebih mengontrol suhu ruangan pada ruang pengasapan mulai dari proses awal pengasapan hingga proses akhir pengasapan.
Kata kunci: PTPN IX Kebun Ngobo, QC, SQC, Seven Tools, FMEA
Full Text:
PDFRefbacks
- There are currently no refbacks.