Perbandingan Lama Penyembuhan Dacryostenosis Congenital Dengan Terapi Massase Saccus dan Saccus Ductus (Studi Analitik Observasional di SEC RSI Sultan Agung Semarang)

Tri Kushartanto Romdhonni, Christina Indrajati, Iwang Yusuf

Abstract


Dacryostenosis congenital adalah penyebab tersering air mata berlebih hingga epifora atau banjir air mata pada bayi baru lahir. Sekitar 6 hingga 20 bayi diantara 100 bayi baru lahir mengalami dacryostenosis congenital. Dacryostenosis yang tidak ditangani dengan benar dapat menyebabkan suatu infeksi kronis seperti konjungtivitis bakterial, dakriosistitis, hingga selulitis orbita. Terapi konservatif berupa massase pada saccus dan saccus ductus merupakan pilihan terbaik pada usia kurang dari satu tahun. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui perbedaan lama penyembuhan dacryostenosis congenital dengan massase saccus dan massase saccus ductus lakrimalis di Sultan Agung Eye Center RSI Sultan Agung Semarang. Penelitian ini merupakan studi analitik observasional dengan menggunakan desain belah lintang. Sampel yang digunakan sebanyak 36 pasien untuk terapi massase saccus dan 37 pasien untuk massase saccus ductus. Kedua kelompok tersebut diminta untuk rutin kontrol per minggu selama 12 minggu untuk dihitung seberapa lama penyembuhannya. Kesembuhan pasien dilihat dari tidak ditemukannya sekret maupun epifora pada pemeriksaan fisik. Hasil dari uji statistik Mann-Whitney didapatkan tidak adanya perbedaan yang bermakna antara teknik massase saccus dan teknik massase saccus ductus (p>0,05). Pada kelompok massase saccus, pasien rata-rata sembuh setelah menjalani terapi selama 6,65±2,09 bulan sedangkan pada kelompok massase saccus ductus pasien rata-rata sembuh setelah menjalani terapi selama 6,06±2,15 bulan.

Kata kunci : Dacryostenosis Congenital, Massase Saccus, Massase Saccus Ductus

Full Text:

PDF

References


Bhandari, S. et al. (2015). “Original Article Factors affecting treatment outcome in congenital nasolacrimal duct obstruction: A retrospective analysis from South Indiaâ€, pp. 759–762. doi: 10.4103/0301-4738.171503.

Durrani, J. (2017). “Crigler massage for congenital blockade of nasolacrimal ductâ€, Journal of the College of Physicians and Surgeons Pakistan, 27(3), pp. 145–148. doi: 2574.

Karti, O et al. (2016). “The natural process of congenital nasolacrimal duct obstruction and effect of lacrimal sac massageâ€, International Ophthalmology. Springer Netherlands, 36(6), pp. 845–849. doi:10.1007/s10792-016-0208-5.

Neto, ECB et al. (2009). “Management of congenital nasolacrimal duct obstructionâ€. Arq Bras Oftalmol., 72(1):75-8. doi: 10.1590/s0004-27492009000100015.

Omayma, M. and Jaklein, R. (2016). “Therapeutic Hydrostatic Nasolacrimal Massage Vs . Routine Hospital Massage : Effect on Infants with Congenital Nasolacrimal Duct Obstructionâ€, 5(6), pp. 40–48. doi: 10.9790/19590506034048.

Petersen, DB et al. (2012). “Resolution of congenital nasolacrimal duct obstruction with nonsurgical managementâ€, Archives of Ophthalmology, 130(6), pp. 730–734. doi: 10.1001/archophthalmol.2012.454.

Schnall, B. M. (2013). “Pediatric nasolacrimal duct obstruction.†Current Opinion in Ophthalmology, 24(5), 421–424.

Shrestha, JB. (2016). “Resolution of Congenital Nasolacrimal Duct Obstruction with Conservative Managementâ€, Journal of Chitwan Medical College 2016, 6(15): 12-15

Tina, R et al. (2005). “Bilateral blindness from orbital cellulitis caused by community-acquired methicillin-resistant Staphylococcus aureusâ€, American Journal of Ophthalmology 2005 Oct; 140(4):740-2.

Vagge, A. (2018). “Congenital Nasolacrimal Duct Obstruction (CNLDO): A Reviewâ€. doi: 10.3390/diseases6040096.


Refbacks

  • There are currently no refbacks.