Analisis Komoditas Unggulan Pada Kawasan Subsektor Perkebunan Di Kecamatan Balikpapan Timur

Nur Annadia Safitri*  -  Institute Technology of Kalimantan, Indonesia
Mega Ulimaz  - 

(*) Corresponding Author

Berdasarkan RTRW Kota Balikpapan Tahun 2012-2032 bahwa Kecamatan Balikpapan Timur berfungsi sebagai pusat perdagangan dan jasa agro skala kota yang memiliki potensi kawasan peruntukkan pertanian. Subsektor perkebunan memiliki luasan wilayah paling besar dibandingkan yang lain dengan persentase sebesar 50,35% dan menjadi salah satu sektor pertanian yang potensial. Pada nilai produktivitas mengalami penurunan dari tahun 2017 ke 2018 sehingga tujuan dalam penelitian ini menentukan komoditi unggulan pada subsektor perkebunan di Kecamatan Balikpapan Timur menggunakan kriteria komoditi unggulan. Metode analisis yang digunakan adalah analisis LQ, Shift-Share, dan survei primer. Sehingga berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dapat diketahui bahwa dari analisis LQ yang termasuk sektor basis adalah komoditi karet, kelapa dalam, kopi robusta, lada, kakao dan kemiri. Dari hasil analisis shift-share komoditi lada termasuk komoditi yang progresif atau pertumbuhan yang maju serta dari hasil bobot kriteria komoditi unggulan dan survei primer bahwa komoditi karet menjadi komoditi unggulan di Subsektor Perkebunan Kawasan Pertanian di Kecamatan Balikpapan Timur.

 

Kata kunci: Subsektor Perkebunan, Kriteria Komoditi Unggulan, Komoditi Unggulan

  1. ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN PADA KAWASAN SUBSEKTOR PERKEBUNAN DI KECAMATAN BALIKPAPAN TIMUR
  2. Nur Annadia Safitri1
  3. Ajeng Nugrahaning Dewanti2
  4. Mega Ulimaz3
  5. Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Kalimantan1,2,3;
  6. e-mail: Nurannadia05@Gmail.com
  7. ABSTRACT
  8. Based on the Balikpapan City Spatial Plan for 2012-2032 that East Balikpapan District functions as a city scale agro trade and service center that has a potential area for agricultural designation. Plantation sub-sector has the largest area compared to the others with a percentage of 50.35% and is one of the potential agricultural sectors. In the value of productivity has decreased from 2017 to 2018 so the purpose of this study is to determine the leading commodity in the plantation sub-sector in the East Balikpapan District using the leading commodity criteria. The analytical method used is LQ analysis, Shift-share, and primary survey. So based on the results of the analysis conducted it can be seen that from the LQ analysis which includes the base sector are rubber, coconut in, robusta coffee, pepper, cocoa and candlenut. From the results of the shift-share analysis of pepper commodities includingcommodities progressive or advanced growth as well as the results of the weighting of leading commodity criteria and primary surveys that the rubber commodity is the leading commodity in the Agricultural Estate Plantation Sub-sector in East Balikpapan District.
  9. Keywords: Plantation Subsector, Criteria of Commodity, Featured Commodity
  10. ABSTRAK
  11. Berdasarkan RTRW Kota Balikpapan Tahun 2012-2032 bahwa Kecamatan Balikpapan Timur berfungsi sebagai pusat perdagangan dan jasa agro skala kota yang memiliki potensi kawasan peruntukkan pertanian. Kawasan pertanian di Kecamatan Balikpapan Timur memiliki 4 subsektor, dimana subsektor perkebunan memiliki luasan wilayah paling besar dibandingkan yang lain dengan persentase sebesar 50,35% dan menjadi salah satu sektor pertanian yang potensial. Dari beberapa potensi tersebut, subsektor perkebunan pada nilai produktivitas mengalami penurunan dari tahun 2017 ke 2018 sehingga tujuan dalam penelitian ini menentukan komoditi unggulan pada subsektor perkebunan di Kecamatan Balikpapan Timur menggunakan kriteria komoditi unggulan. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis LQ, Shift-Share, dan survei primer. Kemudian, berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dapat diketahui bahwa dari analisis LQ yang termasuk sektor basis adalah komoditi karet, kelapa dalam, kopi robusta, lada, kakao dan kemiri. Dari hasil analisis shift-share komoditi lada termasuk komoditi yang progresif atau pertumbuhan yang maju serta dari hasil bobot kriteria komoditi unggulan dan survei primer bahwa komoditi karet menjadi komoditi unggulan di Subsektor Perkebunan Kawasan Pertanian di Kecamatan Balikpapan Timur.
  12. Kata kunci: Subsektor Perkebunan, Kriteria Komoditi Unggulan, Komoditi Unggulan
  13. PENDAHULUAN
  14. Kota Balikpapan menjadi salah satu kota yang berada di Provinsi Kalimantan Timur yang memiliki lahan pertanian relatif terbatas, luas dan sebarannya dalam skala kecil dengan persentase luas lahan pertanian sebesar 4,9% dari luas wilayah Kota Balikpapan. Kawasan pertanian di Kota Balikpapan berada di Kecamatan Balikpapan Timur, berdasarkan RTRW Kota Balikpapan Tahun 2012-2032 Kecamatan Balikpapan Timur berfungsi sebagai pusat perdagangan dan jasa agro skala kota yang memiliki potensi kawasan peruntukkan pertanian. Sektor pertanian menjadi sektor kedua yang berkontribusi besar dalam menunjang pertumbuhan ekonomi Kecamatan Balikpapan Timur. Kawasan peruntukan pertanian di Kecamatan Balikpapan Timur dibagi menjadi 4 yaitu peruntukan pertanian tanaman pangan, tanaman holtikultura, perkebunan dan peternakan. Sektor tanaman pangan memiliki luas sebesar 325 ha, sektor tanaman holtikultura memiliki luas sebesar 1.591 ha, sektor perkebunan seluas 2.045 ha dan sektor peternakan seluas 100 ha.
  15. Dari keempat sektor pertanian, perkebunan memiliki luas lahan pertanian dengan persentase 50,35% dari seluruh luas wilayah kawasan pertanian di Kecamatan Balikpapan Timur. Perkebunan juga menjadi salah satu sektor pertanian yang potensial karena memiliki jumlah produksi yang tinggi sebesar 8.847 ton/tahun. Namun, pada nilai produktivitas subsektor perkebunan mengalami penurunan dari tahun 2017 ke 2018 sebesar 11.084 kg/ha dan tahun 2018 ke 2019 mengalami kenaikan namun tidak signifikan sebesar 3.681 kg/ha. Dengan adanya penurunan produktivitas perlu dilakukan identifikasi dan pengembangan lebih lanjut, mengingat subsektor perkebunan memiliki potensi dalam sektor pertanian di Kecamatan Balikpapan Timur. Oleh karena itu, untuk mempertahankan dan meningkatkan kontribusi subsektor perkebunan maka tujuan dalam penelitian ini adalah menentukan komoditi yang menjadi unggulan pada subsektor perkebunan di Kecamatan Balikpapan Timur dengan menggunakan kriteria-kriteria komoditi unggulan. Adapun sasaran yang diperlukan dalam mencapai tujuan tersebut adalah sebagai berikut:
  16. Menganalisis sektor basis pada subsektor perkebunan di Kecamatan Balikpapan Timur menggunakan analisis LQ
  17. Menganalisis nilai pertumbuhan bersih pada sektor perkebunan di Kecamatan Balikpapan Timur menggunakan analisis shift share
  18. Menganalisis komoditi unggulan pada sektor perkebunan di Kecamatan Balikpapan Timur menggunakan nilai bobot kriteria dan survei primer
  19. METODOLOGI
  20. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ada metode analisis LQ, Shift-share, dan Penilaian survei primer melalui pendekatan kuantitatif. Tujuan dalam penelitian ini untuk menganalisis komoditas unggulan pada subsektor perkebunan, kemudian penelitian berlokasi di Kecamatan Balikpapan Timur Kota Balikpapan. Unit penelitian yang digunakan adalah kelompok tani karet subsektor perkebunan di Kecamatan Balikpapan Timur. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui studi pustaka, observasi lapangan dan wawancara. Studi pustaka yang dilakukan untuk mengetahui data produksi dan produktifitas komoditas dan observasi lapangan dilakukan untuk mengetahui kondisi komoditi subsektor perkebunan. Sedangkan wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi pada setiap komoditi subsektor perkebunan.
  21. Teknik Analisis Location Quotient
  22. Analisis LQ digunakan untuk mengidentifikasi komoditi yang termasuk dalam sektor basis dan sektor yang bukan sektor basis (Kartikaningdyah, 2012). Secara operasional formula LQ dapat dirumuskan dengan persamaan berikut.
  23. LQ = (pi/pt)/(Pi/Pt) .................................................................. (1)
  24. Keterangan:
  25. pi = Produktivitas komoditi i pada tingkat Kecamatan Balikpapan Timur
  26. pt = Total seluruh produktivitas komoditi pada tingkat Kecamatan Balikpapan Timur
  27. Pi = Produktivitas komoditi i pada tingkat Kota Balikpapan
  28. Pt = Total seluruh produktivitas komoditi pada tingkat Kota Balikpapan
  29. Teknik Analisis Shift Share
  30. Analisis shift-share yang digunakan untuk menentukan produktifitas kerja perekonomian daerah yang membandingkannya dengan daerah yang lebih besar. Didalam analisis shift share terbagi menjadi 3 metode yaitu pertumbuhan pangsa wilayah, pertumbuhan proporsional dan pertumbuhan bersih (Ramadhani, G dan Yulhendri, 2019) Dari tiga metode tersebut menggunakan persamaan berikut.
  31. Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW)
  32. Metode ini digunakan untuk menunjukkan bahwa daya saing komoditas tertentu di wilayah mikro terhadap komoditas yang sama di wilayah makro.
  33. PPW = ri (ri’/ri – nt’/nt)………………………………….(2)
  34. Keterangan:
  35. ri = Produktivitas komoditi subsektor perkebunan di Kecamatan Balikpapan Timur tahun awal
  36. ri’ = Produktivitas komoditi subsektor perkebunan di Kecamatan Balikpapan Timur tahun akhir
  37. nt = Produktivitas komoditi subsektor perkebunan di Kota Balikpapan tahun awal
  38. nt’ = Produktivitas komoditi subsektor perkebunan di Kota Balikpapan tahun akhir
  39. Pertumbuhan Proporsional (PP)
  40. Metode ini menunjukkan pertumbuhan komoditas tertentu di wilayah makro terhadap pertumbuhan komoditas lainnya di makro.
  41. PP = ri (nt’/nt – Nt’/Nt)………………………………….(3)
  42. Keterangan:
  43. nt = Produktivitas komoditi subsektor perkebunan di Kota Balikpapan tahun awal
  44. nt’ = Produktivitas komoditi subsektor perkebunan di Kota Balikpapan tahun akhir
  45. Nt = Produktivitas total subsektor perkebunan di Kota Balikpapan tahun awal
  46. Nt’ = Produktivitas total subsektor perkebunan di Kota Balikpapan tahun akhir
  47. Pertumbuhan Bersih (PB)
  48. Nilai PB merupakan jumlah nilai PPW dan PP yang menunjukkan tingkat progresivitas komoditas tersebut.
  49. PB = PPW + PP………..…………………….………(4)
  50. Keterangan:
  51. PB = Pertumbuhan Bersih
  52. PPW = Pertumbuhan Pangsa Pasar
  53. PP = Pertumbuhan Proporsional
  54. Jika hasil perhitungan di formulasikan maka menghasilkan:
  55. Jika PB > 0 menunjukkan bahwa komoditi tersebut pertumbuhan progressive (maju)
  56. Jika PB < 0 menunjukkan bahwa komoditi tersebut pertumbuhan tidak progressive (mundur)
  57. Setelah dilakukan perhitungan analisis LQ dan analisis shift-share maka hasil tersebut diklasifikasi menjadi 4 sektor dengan karakteristik yang berbeda menggunakan bagan klasifikasi komoditi yang terdiri dari kuadran I, II, III dan IV.
  58. Teknik Penilaian Berdasarkan Survei Primer
  59. Sebelum melakukan penilaian berdasarkan survei primer, terlebih dahulu dilakukan penentuan kriteria komoditi unggulan subsektor perkebunan beserta bobotnya menggunakan judul terdahulu oleh Herdiansyah,dkk (2013). Adapun penentuan kriteria komoditi unggulan subsektor perkebunan beserta bobotnya sebagai berikut.
  60. Tabel 1. Bobot Kriteria Komoditi Unggulan Subsektor Perkebunan
  61. No Indikator Bobot (%)
  62. Bersaing yang tinggi pada pasar domestik dan internasional 30
  63. Menghasilkan nilai tambah yang tinggi 20
  64. Teknologi dan sumber daya manusia yang handal 20
  65. Berbasis pada potensi sumber daya lokal 10
  66. Secara administratif dan ekonomi layak bagi pengembangan bisnis 10
  67. Ramah lingkungan 5
  68. Melaksanakan kerjasama dengan orientasi bisnis lainnya 5
  69. Sumber: Herdiansyah, dkk, 2013
  70. Kemudian dengan menggunakan survei primer menjadi dasar dalam penilaian skoring. Adapun langkah-langkah yang dilakukan yaitu sebagai berikut.
  71. Menentukan ukuran pada setiap kriteria komoditi unggulan. Dalam penentuan ukuran terdapat 3 kategori ukuran, ukuran 1 artinya rendah, ukuran 2 artinya sedang dan ukuran 3 artinya tinggi.
  72. Menilai setiap kondisi komoditi secara langsung melalui survei primer dengan melakukan wawancara kepada pelaku/kelompok tani masing-masing komoditi yang termasuk dalam klasifikasi komoditi khususnya komoditi yang termasuk dalam kuadran 1,2 dan 3 berdasarkan ukuran tiap kriteria komoditi unggulan. kemudian perhitungan untuk mendapatkan komoditi unggulan dilakukan dengan cara mengalikan hasil kriteria komoditi unggulan yang prioritas (Bobot/B) dengan penilaian masing-masing komoditi (Nilai/N) yang didapatkan dari hasil survei primer.
  73. Tabel 2. Perhitungan Kriteria Komoditi Unggulan
  74. No Komoditi Kriteria Komoditi Unggulan Skor Unggulan ke
  75. 2 3 4 5 6 7
  76. B N B N B N B N B N B N B N
  77. ….
  78. Sumber: Herdiansyah, dkk, 2013
  79. Keterangan:
  80. B = bobot kriteria komoditi unggulan
  81. N = nilai yang didapatkan dari hasil penilaian survei primer
  82. HASIL DAN PEMBAHASAN
  83. Balikpapan Timur merupakan salah satu kecamatan di Kota Balikpapan yang memiliki luas wilayah sebesar 137,16 km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 70.034 jiwa. Kecamatan Balikpapan Timur terdiri dari 4 kelurahan yaitu Kelurahan Manggar, Kelurahan Manggar Baru, Kelurahan Lamaru dan Kelurahan Teritip. Kemudian memiliki luas pertanian sebesar 46,23% dari luasan wilayah Kecamatan Balikpapan Timur.
  84. Hasil Analisis Location Quotient
  85. Dalam penentuan komoditas basis pada subsektor perkebunan menggunakan analisis LQ dengan menggunakan data produktivitas. Adapun komoditas basis pada subsektor perkebunan yang telah didapatkan, disajikan dalam tabel berikut.
  86. Tabel 4. Analisis Location Quotient di Kecamatan Balikpapan Timur Tahun 2019
  87. No Sektor Per-kebunan pi pt Pi Pt pi/pt Pi/Pt LQ ((pi/pt)/ (Pi/Pt)) Ket
  88. Karet 871 8008 1921 18930 0.108 0.101 1.07 Basis
  89. Kelapa Dalam 241 8008 470 18930 0.030 0.024 1.22 Basis
  90. Kopi Robusta 4667 8008 13600 18930 0.022 0.015 1.42
  91. Basis
  92. Kelapa Sawit 180 8008 300 18930 0.582 0.718 0.81 Non basis
  93. Lada 849 8008 394 18930 0.106 0.020 5.09 Basis
  94. Kakao 250 8008 286 18930 0.031 0.015 2.07 Basis
  95. Kemiri 450 8008 960 18930 0.056 0.050 1.11 Basis
  96. Kapuk 500 8008 1000 18930 0.062 0.052 1.18 Basis
  97. Sumber: Analisis Penulis, 2020
  98. Dari analisis LQ pada subsektor perkebunan di Kecamatan Balikpapan Timur komoditi karet, kelapa dalam, kopi robusta, lada, kakao, kemiri dan kapuk termasuk dalam komoditi basis yang dimana nilai LQ yang didapatkan > 1. Hal ini juga didukung berdasarkan kondisi eksisting bahwa komoditi karet memiliki luas lahan 79% dari luas wilayah subsektor perkebunan di Kecamatan Balikpapan Timur, begitupun dengan komoditi kelapa dalam menjadi komoditi kedua yang memiliki luas lahan tertinggi yaitu sebesar 17%. Kemudian, komoditi lada menjadi sektor basis karena terjadi peningkatan luas lahan. Serta komoditi kopi robusta, kakao, kemiri dan kapuk menjadi sektor basis karena masih terdapat potensi dari beberapa komoditi tersebut.
  99. Hasil Analisis Shift-Share
  100. Dalam analisis shift-share terdapat beberapa metode tahapan yaitu menghitung nilai pertumbuhan pangsa wilayah, nilai pertumbuhan proporsional dan pertumbuhan bersih, untuk lebih jelasnya dapat dilihat sebagai berikut.
  101. Nilai Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW)
  102. Tabel 5. Hasil Perhitungan Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW)
  103. No Komoditi ri ri'/ri nt'/nt ri'/ri - nt'/nt (PPW)
  104. ri (ri'/ri - nt'/nt)
  105. Karet 1403 0.62045 1.4836 -0.86310 -1211.2326
  106. Kelapa dalam 192 1.25878 2.3541 -1.09533 -165.5567
  107. Kelapa Sawit 0 0 3.0130 -3.01299 0
  108. Kopi Robusta 55 3.296703 3.0481 0.24857 -47.1253
  109. Lada 56 15.09297 7.9933 7.09964 -48.5494
  110. Kakao 125 2 2.5714 -0.57143 -107.8877
  111. Kemiri 257 1.75 1.8290 -0.07898 -221.9404
  112. Kapuk 250 2 2.4000 -0.40000 -215.7754
  113. Sumber: Analisis Penulis, 2020
  114. Dari nilai pertumbuhan pangsa wilayah didapatkan hasil bernilai negatif (-) sehingga tidak terdapat komoditi yang memiliki daya saing di wilayah Kecamatan Balikpapan Timur. Kemudian, berdasarkan penilaian kondisi eksisting komoditi karet mengalami penurunan produktivitas karena terjadinya kebakaran lahan karet di tahun 2019. Sedangkan, komoditi lada mengalami penurunan karena terdapat beberapa petani yang tidak rutin merawat lada. Selanjutnya pada komoditi kakao, kopi robusta, kemiri dan kapuk mengalami penurunan produktivitas karena petani tidak rutin merawat dan harga jual yang rendah,
  115. Perhitungan Nilai Pertumbuhan Proporsional (PP)
  116. Tabel 6. Hasil Perhitungan Pertumbuhan Proporsional (PP)
  117. No Komoditi ri nt'/nt Nt'/Nt nt'/nt- Nt'/Nt (PP)
  118. ri (nt'/nt- Nt'/Nt)
  119. Karet 1403 1.483554 2.6262 -1.14262739 -1603.50449417
  120. Kelapa dalam 192 2.354111 2.6262 -0.27207048 -52.18747760
  121. Kelapa Sawit 0 3.012987 2.6262 0.38680561 0
  122. Kopi Robusta 55 3.048128 2.6262 0.42194694 23.03830284
  123. Lada 56 7.993331 2.6262 5.36715007 301.90219153
  124. Kakao 125 2.571429 2.6262 -0.05475283 -6.84410405
  125. Kemiri 257 1.828977 2.6262 -0.79720489 -204.99554219
  126. Kapuk 250 2.4 2.6262 -0.22618140 -56.54535095
  127. Sumber: Analisis Penulis, 2020
  128. Dari perhitungan pertumbuhan proporsional hanya komoditi kopi robusta dan lada yang termasuk dalam komoditi yang memiliki pertumbuhan di Kota Balikpapan. Hal ini didasarkan pada kondisi eksisting bahwa dalam lingkup Kota Balikpapan komoditi karet mengalami penurunan karena Kecamatan Balikpapan Timur menjadi wilayah yang paling banyak memiliki komoditi karet sehingga apabila komoditi karetnya terjadi penurunan maka dalam lingkup Kota Balikpapan juga menurun. Selanjutnya, pada komoditi kelapa sawit dan kemiri mengalami penurunan karena adanya pengurangan luas lahan. Serta pada komoditi kakao dan kapuk terjadi penurunan pertumbuhan karena petani tidak rutin merawat dan semakin sedikit petani yang membudidayakan komoditi tersebut.
  129. Perhitungan Nilai Pertumbuhan Bersih (PB)
  130. Tabel 7. Hasil Perhitungan Pertumbuhan Bersih (PB)
  131. No Komoditi PPW PP Total Ket
  132. ri (ri'/ri - nt'/nt) ri (ri'/ri - Nt'/Nt)
  133. Karet -1211.23260 -1603.5044941 -2814.737 Tidak progresif
  134. Kelapa dalam -210.10166 -52.18747760 -217.744 Tidak progresif
  135. Kelapa Sawit 0 0 0 Tidak progresif
  136. Kopi Robusta 13.57219251 23.03830284 -24.087 Tidak progresif
  137. Lada 399.3546963 301.90219153 253.352 Progresif
  138. Kakao -71.42857143 -6.84410405 -7.415 Tidak progresif
  139. Kemiri -20.30824736 -204.99554219 -426.936 Tidak progresif
  140. Kapuk -100 -56.54535095 -272.320 Tidak progresif
  141. Sumber: Analisis Penulis, 2020
  142. Berdasarkan hasil perhitungan nilai pertumbuhan bersih (PB) pada sektor perkebunan di Kecamatan Balikpapan Timur komoditi yang memiliki nilai PB > 1 atau progresif yaitu komoditi lada. Hal ini juga didukung oleh kondisi eksisting karena walaupun mengalami penurunan produktivitas karena beberapa petani tidak rutin merawat lada namun luas lahan lada dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dalam lingkup Kecamatan Balikpapan Timur dan Kota Balikpapan. Sedangkan nilai PB <1 atau tidak progresif yaitu komoditi karet, kelapa dalam, kelapa sawit, kopi robusta, kakao, kemiri dan kapuk. Hal ini juga didukung berdasarkan kondisi eksisting bahwa komoditi-komoditi tersebut mengalami penurunan luas lahan dan produktivitas akibat kebakaran lahan, kurang rutinnya petani dalam proses pemeliharaan dan kurangnya minat petani dalam membudidayakan komoditi tersebut serta alih fungsi lahan pertanian.
  143. Penentuan Klasifikasi Komoditi
  144. Penentuan klasifikasi komoditi didapatkan dari hasil penentuan komoditi basis dan perhitungan nilai pertumbuhan bersih. Dari hasil perhitungan didapatkan komoditi karet, kelapa dalam, kopi robusta, lada, kakao, kemiri dan kapuk menjadi komoditi basis. Kemudian dari perhitungan nilai pertumbuhan bersih didapatkan bahwa lada menjadi komoditi memiliki pertumbuhan yang maju. Setelah dilakukan perhitungan, maka hasil tersebut diklasifikasi menjadi 4 sektor dengan karakteristik yang berbeda untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kuadran berikut.
  145. Kuadran II
  146. Komoditi Andalan LQ < 1 , PB > 0
  147. - Kuadran I
  148. Komoditi Unggulan LQ > 1 , PB > 0
  149. “Ladaâ€
  150. Kuadran IV
  151. Komoditi Terbelakang LQ < 1 , PB < 0
  152. “Kelapa sawit†Kuadran III
  153. Komoditi Potensial LQ > 1 , PB < 0
  154. “Karet, kelapa dalam, kopi robusta, kakao, kemiri dan kapukâ€
  155. Gambar 1. Bagan Klasifikasi Komoditi
  156. Sumber: Penulis, 2020
  157. Dari hasil klasifikasi komoditi dapat diketahui bahwa komoditi yang menjadi unggulan (kuadran 1) karena termasuk dalam komoditi basis dan memiliki pertumbuhan yang maju yaitu komoditi lada. Berdasarkan kondisi eksisting komoditi lada memiliki potensi yang tinggi dan luas lahan mengalami peningkatan serta memiliki harga jual yang tinggi yaitu 60.000/kg. Kemudian komoditi yang potensial (kuadran 3) karena termasuk dalam komoditi basis namun pertumbuhannya mengalami mundur yaitu karet, kelapa dalam, kopi robusta, kakao, kemiri dan kapuk. Berdasarkan kondisi eksisting penilaian komoditi yang termasuk dalam kuadran 3 dimana komoditi tersebut memiliki potensi yang baik namun mengalami penurunan luas lahan dan produktivitas akibat petani dan faktor alam. Serta komoditi yang terbelakang (kuadran 4) karena tidak termasuk dalam komoditi basis dan pertumbuhannya mengalami mundur yaitu kelapa sawit. Hal ini juga didukung berdasarkan kondisi eksisting bahwa pembudidayaan kelapa sawit mengalami pengurangan karena harga pupuk yang mahal dan tenaga yang dibutuhkan dalam menbudidayakan tidak sebandingkan dengan harga jual yang didapatkan sehingga banyak petani mengalihfungsikan lahannya, jumlah luas lahan komoditi kelapa sawit hanya 3 ha di Kecamatan Balikpapan Timur. Selanjutnya pada subsektor perkebunan di Kecamatan Balikpapan Timur tidak memiliki komoditi yang andalan (kuadran 2) karena tidak ada komoditi yang termasuk dalam kategori komoditi non basis dan mengalami pertumbuhan yang maju.
  158. Penentuan Kriteria Komoditi Unggulan
  159. Dalam penentuan kriteria komoditi unggulan subsektor perkebunan di Kecamatan Balikpapan Timur harus melakukan penentuan kriteria komoditi unggulan yang prioritas berdasarkan bobot pada tabel. 1 dan penilaian kriteria berdasarkan survei primer, dimana penilaian ini untuk 7 komoditi yang termasuk dalam kuadran I,II dan III pada subsektor perkebunan di Kecamatan Balikpapan Timur yang akan dijabarkan seperti berikut.
  160. Komoditi lada: Pada kriteria persaingan pasar lada diberi nilai 1 karena dipasarkan disekitar Kota Balikpapan dan kriteria nilai tambah pertumbuhan lada mengalami penurunan sehingga diberi nilai 1. Kriteria teknologi dan SDM, tidak adanya dukungan teknologi dan para petani pernah mengikuti penyuluhan dan pelatihan yang diadakan oleh pemerintah sehingga diberi nilai 2. Kemudian kriteria berbasis potensi sumber daya lokal bernilai 1 karena dari total hasil produksi lada dalam lingkup Kecamatan Balikpapan Timur dibandingkan lingkup Kota Balikpapan hanya memasok 24.5%. Secara administratif dan ekonomi lada layak di kembangkan sehingga bernilai 2, komoditi ini cukup ramah lingkungan karena untuk penangkal hama menggunakan tumbuhan gamal namun masih menggunakan pupuk kcl dan tsp sehingga diberi nilai 2. Sedangkan untuk kriteria kerjasama dengan orientasi bisnis, lada hanya kerjasama dengan pengepul dalam kegiatan penjualan sehingga bernilai 2.
  161. Komoditi kakao: Pada kriteria persaingan pasar komoditi kakao diberi nilai 1 karena dipasarkan disekitar Kota Balikpapan dan kriteria nilai pertumbuhan kakao mengalami penurunan produksi hingga 0.75 ton sehingga diberi nilai 1. Kemudian kriteria teknologi dan SDM bernilai 1, tidak adanya dukungan teknologi dan para petani jarang mengikuti penyuluhan karena kurang diadakan kegiatan dari pemerintah menyebabkan kurang handalnya petani dalam membudidayakan kakao. Selanjutnya, kriteria berbasis potensi sumber daya lokal bernilai 1 karena total hasil produksi kakao dalam lingkup Kecamatan Timur dibandingkan lingkup Kota Balikpapan memasok 37.5%. Secara administratif dan ekonomi kakao potensi untuk layak dikembangkan bernilai 2 dan komoditi ini cukup ramah lingkungan sehingga bernilai 2. Serta kriteria kerjasama dengan orientasi bisnis, kakao tidak bekerjasama dengan pihak/lembaga manapun sehingga bernilai 1.
  162. Komoditi kapuk: Pada kriteria persaingan pasar komoditi kapuk diberi nilai 1 karena tidak dipasarkan dan hanya digunakan untuk individu kelompok tani. kemudian, kriteria nilai tambah pertumbuhan kapuk mengalami penurunan sehingga bernilai 1 lalu untuk kriteria teknologi dan SDM bernilai 1, karena tidak adanya dukungan teknologi dan para petani jarang mengikuti penyuluhan dan petani mengkonversi lahannya. Selanjutnya, kriteria berbasis potensi sumber daya lokal bernilai 1 karena total hasil produksi kapuk dalam lingkup Kecamatan Timur dibandingkan lingkup Kota Balikpapan memasok 20%. Secara administratif dan ekonomi kapuk sudah tidak layak dikembangkan karena jumlah lahan yang semakin sedikit sehingga bernilai 1 dan komoditi ini cukup ramah lingkungan sehingga bernilai 2. Serta kriteria kerjasama, kapuk tidak bekerjasama dengan pihak/lembaga manapun sehingga bernilai 1.
  163. Komoditi karet: Pada kriteria persaingan pasar karet diberi nilai 2 karena dipasarkan hingga Kota Samarinda dan kriteria nilai tambah pertumbuhan karet mengalami penurunan sebesar 2.365 ton sehingga bernilai 1. Kemudian untuk kriteria teknologi dan SDM bernilai 3, teknologi yang digunakan hanya alat sadap dan SDM komoditi karet memiliki tingkat pendidikan minimal SD dan sering mengikuti penyuluhan ataupun pelatihan yang diadakan di Kecamatan Palaran. Kriteria berbasis sumber daya lokal bernilai 2 karena dari total hasil produksi karet dalam lingkup Kecamatan Balikpapan Timur dibandingkan lingkup Kota Balikpapan memasok 63%, pada komoditi karet juga mengalami penurunan produktivitas dari tahun 2018 hingga 2019 sebesar 14.447 kg/ha. Secara administratif dan ekonomi karet sangat layak untuk dikembangkan sehingga bernilai 3 dan komoditi ini cukup ramah lingkungan karena teknologi yang digunakan ramah lingkungan namun masih menggunakan pupuk urea, kcl, dan tsp sehingga diberi nilai 2 dan untuk kriteria kerjasama dengan orientasi bisnis, komoditi karet telah bekerjasama dengan pihak perusahaan pengolah di Kecamatan Palaran Kota Samarinda sebagai salah satu pemasok karet di Kalimantan Timur sehingga diberi nilai 3.
  164. Komoditi Kelapa Dalam: Pada kriteria persaingan pasar hasil olahan kelapa dalam dipasarkan hingga luar pulau jawa sehingga diberi nilai 2 dan kriteria nilai tambah pertumbuhan kelapa dalam mengalami penurunan pertumbuhan sehingga bernilai 1. Kemudian, kriteria teknologi dan SDM bernilai 2 karena teknologi untuk mengolah kelapa menggunakan mesin dan tenaga kerja pernah mengikuti pelatihan yang diadakan oleh pemerintah. Kriteria berbasis sumber daya lokal bernilai 2 karena dari total hasil produksi kelapa dalam lingkup Kecamatan Balikpapan Timur dibandingkan lingkup Kota Balikpapan memasok 49%. Secara administratif dan ekonomi kelapa dalam memiliki potensi untuk dikembangkan sehingga bernilai 3 dan komoditi ini cukup ramah lingkungan karena seluruh bagian pohonnya dapat dimanfaatkan namun masih pupuk urea dan kcl sehingga diberi nilai 2. Komoditi kelapa dalam juga memiliki kerjasama dengan para pengepul dan konsumen minyak kelapa walaupun masih bersifat individu sehingga diberi nilai 2.
  165. Komoditi Kemiri: Pada kriteria persaingan pasar hasil panen kemiri hanya dipasarkan disekitar wilayah Kota Balikpapan dan dikonsumsi sendiri sehingga diberi nilai 1 dan kriteria nilai tambah pertumbuhan kemiri mengalami penurunan sehinggan bernilai 1. Kemudian, kriteria teknologi dan SDM bernilai 2 karena tidak ada dukungan teknologi dan para petani jarang mengikuti penyuluhan karena kurang diadakan kegiatan dari pemerintah. Kriteria berbasis sumber daya lokal bernilai 1 karena dari total hasil produksi kemiri lingkup Kecamatan Balikpapan Timur dibandingkan lingkup Kota Balikpapan hanya memasok 9.3%. Kemudian, secara administratif dan ekonomi kemiri tidak layak dikembangkan sehingga bernilai 1 dan komoditi ini ramah lingkungan karena menggunakan pupuk kandang sehingga diberi nilai 3. Komoditi kemiri juga tidak bekerjasama dengan para pihak/lembaga manapun sehingga diberi 1.
  166. Komoditi Kopi Robusta: Pada kriteria persaingan pasar komoditi kopi robusta hanya dipasarkan disekitar wilayah Kota Balikpapan sehingga diberi nilai 1 dan kriteria nilai tambah pertumbuhan kopi robusta mengalami penurunan sehingga bernilai 1. Kemudian, kriteria teknologi dan SDM bernilai 2 karena teknologi olahan kopi kondisinya rusak dan para petani pernah mengikuti penyuluhan. Kriteria berbasis sumber daya lokal bernilai 1 karena dari total hasil produksi kemiri lingkup Kecamatan Balikpapan Timur dibandingkan lingkup Kota Balikpapan memasok 27.5%. Kemudian, secara administratif dan ekonomi kopi robusta masih layak untuk dikembangkan sehingga bernilai 2 dan komoditi ini cukup ramah lingkungan karena masih menggunakan pupuk yang mengandung bahan kimia sehingga diberi nilai 2. Komoditi kopi robusta juga tidak bekerjasama dengan para pihak/lembaga manapun sehingga diberi 1.
  167. Tabel 8. Hasil Perhitungan Penilaian Kriteria Komoditi Unggulan Berdasarkan Survei Primer
  168. No Komoditi Kriteria
  169. P NT TS SL L Li K Æ© Nilai Kriteria
  170. Lada 1 1 2 1 2 2 2 12
  171. Kakao 1 1 1 1 2 2 1 10
  172. Kapuk 1 1 1 1 1 2 1 8
  173. Karet 2 1 3 2 3 2 3 17
  174. Kelapa Dalam 2 1 2 2 3 2 2 16
  175. Kemiri 1 1 2 1 1 2 1 10
  176. Kopi Robusta 1 1 2 1 1 2 1 10
  177. *)Analisis Penulis dan Survei Primer, 2020
  178. Keterangan:
  179. P = Pasar L = Layak
  180. NT = Nilai Tambah Li = Lingkungan
  181. TS = Teknologi dan SDM K = Kerjasama
  182. SL = Sumber daya Lokal
  183. Berdasarkan hasil survei primer dari 7 komoditi subsektor perkebunan di Kecamatan Balikpapan Timur, karet memiliki nilai yang paling tinggi sebesar 17, kelapa dalam dengan nilai sebesar 16, lada dengan nilai sebesar 12. Kemudian kakao, kemiri dan kopi robusta memiliki nilai sebesar 10 serta komoditi yang memiliki nilai yang paling rendah adalah kapuk sebesar 8.
  184. Perhitungan Kriteria Komoditi Unggulan
  185. Perhitungan untuk mendapatkan komoditi unggulan dilakukan dengan cara mengalikan hasil kriteria komoditi unggulan yang prioritas (Bobot/B) dengan penilaian masing-masing komoditi (Nilai/N) yang didapatkan dari hasil survei primer. Dalam tabel 8. untuk kriteria pasar pada komoditi lada diberi nilai 1, selanjutnya nilai ini dikalikan dengan bobot kriteria komoditi unggulan bersaing yang tinggi pada pasar domestik dan internasional sebesar 30% yang terletak pada tabel 1. Dengan demikian, skor komoditi lada untuk kriteria pasar bernilai 1 x 0,10. Berikut merupakan hasil skor perhitungan kriteria komoditi unggulan.
  186. Tabel 9. Perhitungan Kriteria Komoditi Unggulan
  187. No Komoditi Kriteria Komoditi Unggulan Skor Urut
  188. P NT TS SL L Li K
  189. B N B N B N B N B N B N B N
  190. Lada 0.30 1 0.20 1 0.20 2 0.10 1 0.10 2 0.05 2 0.05 2 1.40 3
  191. Kakao 0.30 1 0.20 1 0.20 1 0.10 1 0.10 2 0.05 2 0.05 1 1.15 6
  192. Kapuk 0.30 1 0.20 1 0.20 1 0.10 1 0.10 1 0.05 2 0.05 1 1.05 7
  193. Karet 0.30 2 0.20 1 0.20 3 0.10 2 0.10 3 0.05 2 0.05 3 2.15 1
  194. Kelapa Dalam 0.30 2 0.20 1 0.20 2 0.10 2 0.10 3 0.05 2 0.05 2 1.90 2
  195. Kemiri 0.30 1 0.20 1 0.20 2 0.10 1 0.10 1 0.05 3 0.05 1 1.30 4
  196. Kopi Robusta 0.30 1 0.20 1 0.20 2 0.10 1 0.10 1 0.05 2 0.05 1 1.25 5
  197. *) Analisis Penulis, 2020
  198. Keterangan:
  199. P = Pasar L = Layak
  200. NT = Nilai Tambah Li = Lingkungan
  201. TS = Teknologi dan SDM K = Kerjasama
  202. SL = Sumber daya Lokal
  203. Berdasarkan hasil perkalian bobot dan nilai didapatkan skor bahwa komoditi karet menjadi komoditi unggulan di Subsektor Perkebunan Kawasan Pertanian di Kecamatan Balikpapan Timur dengan memperoleh skor sebesar 2.15. komodoti karet dan komoditi kelapa dalam memiliki selisih nilai 0.25, karet lebih unggul dibandingkan dengan kelapa dalam karena berselisih nilai pada kriteria teknologi-SDM dan kerjasama. SDM komoditi karet sering mengikuti penyuluhan dibandingkan dengan kelapa dalam serta karet juga memiliki kerjasama dengan pihak perusahaan pengolah getah karet di Kecamatan Palaran Kota Samarinda.
  204. KESIMPULAN DAN SARAN
  205. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:
  206. Dari hasil analisis LQ komoditi yang termasuk dalam sektor basis pada subsektor perkebunan di Kecamatan Balikpapan Timur adalah komoditi karet, kelapa dalam, kopi robusta, lada, kakao, kemiri dan kapuk
  207. Dari hasil nilai pertumbuhan bersih (PB) pada sektor perkebunan di Kecamatan Balikpapan Timur komoditi yang pertumbuhannya yang maju (progresif) yaitu komoditi lada.
  208. Berdasarkan hasil studi pustaka bahwa penentuan komoditi unggulan terdapat 7 kriteria yaitu pasar, nilai tambah, teknologi dan sumber daya manusia, sumer daya lokal, ekonomi layak untuk pengembangan, ramah lingkungan dan adanya kerjasama
  209. Berdasarkan hasil analisis LQ, nilai pertumbuhan bersih, kriteria komoditi unggulan dan penilaian kondisi eksisting didapatkan skor bahwa komoditi karet menjadi komoditi unggulan di Subsektor Perkebunan Kawasan Pertanian di Kecamatan Balikpapan Timur dengan nilai skor sebesar 2.15.
  210. Adapun saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini, yaitu:
  211. Bagi pemangku kepentingan yaitu melakukan kerjasama dengan lembaga peneliti dalam melakukan pendampingan dan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam membudidayakan komoditi subsektor perkebunan, pemberian keterampilan ini sangat diperlukan oleh komoditi yang jumlah produksinya mengalami penurunan.
  212. Bagi penelitian selanjutnya yaitu harus memperhatikan pemilihan lokasi objek penelitian agar lebih mudah untuk dijangkau.
  213. DAFTAR PUSTAKA
  214. Badan Pusat Statistika. (2019). Kecamatan Balikpapan Timur dalam Angka Tahun 2019. Kecamatan Balikpapan Timur: Badan Pusat Statistika
  215. Balai Penyuluhan Pertanian. (2019). Programma Penyuluhan Pertanian Kecamatan Balikpapan Timur. Balikpapan
  216. Dinas Pangan Pertanian dan Perikanan Kota Balikpapan. (2019). Luas areal dan produktivitas perkebunan di Kecamatan Balikpapan Timur
  217. Herdhiansyah, D., Sutiarso, L., Purwadi, D., & Taryono, T. (2013). Kriteria Kualitatif Penentuan Produk Unggulan Komoditas Perkebunan dengan Metode Delphi di Kabupaten Kolaka-Sulawesi Tenggara. agriTECH, 33(1), 60-69.
  218. Kartikaningdyah, E. (2012). Analisis Location Quotient Dalam Penentuan Produk Unggulan Pada Beberapa Sektor di Kabupaten Lingga Kepulauan Riau. Jurnal Integrasi, 4(1), 31-46.
  219. Ningsih, E. S. M. (2010). Analisis komoditi unggulan sektor pertanian Kabupaten Sukoharjo sebelum dan selama otonomi daerah (Doctoral dissertation, UNS (Sebelas Maret University)).
  220. Novitasari, F., & Ayuningtyas, R. V. (2018). Identifikasi Komoditas Unggulan Pertanian dalam Mendukung Kawasan Agropolitan Studi Kasus: Kecamatan Pasaleman, Kabupaten Cirebon. Journal of Regional and Rural Development Planning, 2(3), 218-227.
  221. Pratomo, S. (2010). Analisis Peran Sektor Pertanian sebagai Sektor Unggulan di Kabupaten Boyolali Tahun 1998-2008. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
  222. Ramadhani, G., & Yulhendri, Y. (2019). Analisis Komoditi Unggulan di Kabupaten Solok. Jurnal Ecogen, 2(3), 472-482.
  223. Qisthina, R. Z., & Mulki, G. Z. Strategi Pengembangan Komoditas Unggulan Subsektor Peterakan Di Kota Singkawang. Jurnal Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Tanjungpura, 5(2), 1-14.

Jurnal Planologi
Published by Pusat Studi Planologi Universitas Islam Sultan Agung Semarang, in collaboration with Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia.
Jl. Kaligawe Raya KM. 4 Semarang, Indonesia
Phone: +6212345678
Email: jurnalplanologi@unissula.ac.id

View My Stats

e-ISSN: 1829-9172

p-ISSN: 2615-5257

DOI : 10.30659/japs

Creative Commons License

Get a feed by atom here, RRS2 here and OAI Links here

apps